Banjarnegara, The PRAKARSA – Kamis (10/8), berlokasi di Pendopo Adigraha Banjarnegara, komunitas literasi di seluruh Kabupaten Banjarnegara mendeklarasikan Lumbung Literasi Banjarnegara (LLB), acara tersebut juga dibarengi dengan seminar bertema “Dengan Literasi, Bangun Generasi Emas Indonesia 2045” yang dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari pelajar SMA/SMK/MA, BEM, pendidik, ormas kepemudaan, komunitas literasi, bunda milenial, dan juga Bunda Literasi Kecamatan se-Kabupaten Banjarnegara.
Acara dihadiri Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Tursiman mewakili Pj Bupati Banjarnegara, Kapten Inf. R. Basuki mewakili Dandim 0704/ Banjarnegara, AKP Sri Rahayu mewakili Kapolres Banjarnegara, Kepala Disarpus Banjarnegara Arief Rahman, Indra Hari Purnama selaku Founder Rumah Baca Purnama, dan Direktur Eksekutif PRAKARSA Ah Maftuchan.
Membacakan sambutan Pj. Bupati Banjarnegara, Tursiman menyampaikan bahwa dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan perlu dukungan seluruh komponen bangsa.
Indra Hari Purnama menjelaskan 10 hal yang dapat dilakukan oleh pemuda agar menjadi pribadi yang bermanfaat. Kesepuluh hal tersebut adalah belajar, memanfaatkan waktu, menonton yang bermutu, memunculkan ide/gagasan, buat karya nyata, sosialisasikan ide dan karyanya, berikan pendampingan terhadap ide/karya tersebut, cari pembanding, tingkatkan kapasitas dan berjejaring.
Lebih lanjut, Ah Maftuchan menyampaikan aktor-aktor yang bertanggungjawab dalam agenda pemajuan literasi. Menurutnya, pemerintah pusat, daerah dan desa adalah aktor utama dalam agenda literasi. Sedangkan organisasi keagamaan, organisasi komunitas, lembaga swadaya masyarakat, pelaku bisnis dan keluarga merupakan aktor tambahan dalam memajukan literasi yang dalam kondisi tertentu dapat menjadi aktor utama. “Pelaksanaan agenda literasi berbasis komunitas dan keluarga dapat menjadi akselerataor suksesnya literasi dan kemajuan bangsa,” tambah Maftuchan.
Maftuchan juga memaparkan tantangan literasi di Indonesia. “Budaya membaca, menulis, dan berkomunikasi secara baik dan benar melalui gadget masih rendah karena gadget masih dijadikan sebagai sarana hiburan, belum lagi adanya paparan hoaks,” terang Maftuchan.
Kendati pemerintah telah meluncurkan Gerakan Literasi Nasional, Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Bangsa, Maftuchan menilai keseluruhannya belum menjadi gerakan kolektif yang masif.
Maftuchan menyampaikan perlunya dukungan dari seluruh elemen untuk memajukan kualitas literasi nasional. “Pemerintah pusat, daerah, dan desa, serta sektor swasta perlu memberikan dukungan pengembangan sumber daya manusia literasi yang bekerja di tingkat komunitas,” ujar Maftuchan.
Sebagai penutup, Maftuchan merekomendasikan kepada pemerintah pusat, daerah, dan desa untuk memberikan dukungan pendanaan. “Pemerintah pusat, daerah, dan desa, bersama-sama dengan sektor swasta perlu memberikan dukungan pendanaan program penguatan budaya baca, penyediaan buku dan pembangunan taman baca atau perpustakaan,” pungkasnya.