Dialog Kebijakan Mitigasi Resiko Iklim pada Sektor Keuangan 

The PRAKARSA – Sektor keuangan harus memiliki kebijakan mitigasi risiko iklim yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan tatakelola.

ResponsiBank Indonesia bersama PT Surveyor Indonesia dan Koalisi Forest and Finance menggelar dialog kebijakan untuk mendorong kebijakan sektor keuangan memitigasi risiko terkait alam dan iklim serta meningkatkan kualitas tata kelola Sumber Daya Alam (SDA). Bertempat di gedung Surveyor Indonesia, pada Kamis (24/11/2022).

Kegiatan ini dihadiri oleh pembicara tamu dari lembaga think tank Network for Greening Financial System (NGFS) ‘INSPIRE’, London School of Economics (LSE), dan para peserta yang berasal dari kementerian lembaga pemerintah, akademisi, pelaku sektor keuangan, dan masyarakat sipil.

Lussy Ariani Seba Direktur Sumber Daya Manusia PT Surveyor Indonesia menyampaikan perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun cukup rentan terhadap risiko fisik dan transisional yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Untuk itu, menurut Lussy penting untuk mengurangi risiko-risiko tersebut sejak dini sehingga dapat mendatangkan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam jangka panjang. “Guncangan pada iklim dan SDA dapat menjadi risiko sistemik pada perbankan dan stabilitas keuangan, sehingga perlu disikapi oleh regulator sektor keuangan dan Bank Sentral, sebetulnya beberapa usulan atau gagasan kebijakan itu juga sudah disampaikan oleh NGFS dan kita harapkan melalu diskusi kebijakan ini risiko sistemik tadi kemudian juga bisa mendapatkan solusi,” katanya.

Selaras dengan hal itu, Elena Almeida, Policy Analyst dari NGFS INSPIRE LSE menyampaikan hilangnya keanekaragaman hayati semakin banyak diakui sebagai faktor yang harus dipertimbangkan oleh bank sentral dan pengawas keuangan.

Selain itu, Elena juga menyebut bank sentral dan pengawas keuangan di beberapa negara sudah mengambil tindakan terhadap riesiko keuangan terkait keanekaragaman hayati. “Saat ini ada agenda baru perihal tindakan dan langkah yang akan diambil, dan ini perlu dipercepat dengan COP15 (Convention on Biological Diversity) yang akan segera diadakan,” kata Elena.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif The PRAKARSA sekaligus Koordinator ResponsiBank Indonesia Ah Maftuchan menyampaikan, kegiatan ini diarahkan sebagai forum multi pihak. Menurutnya, perlu ada satu konsolidasi yang terukur dan terarah agar ide-ide dan berbagai hal yang sudah dilakukan dapat diwujudkan.

“Sehingga selain multi stakeholder approach kami berharap dari pertukaran antar pihak antar aktor ini bisa menghasilkan satu pendekatan multidimensi, artinya kalau kita berbicara lingkungan kita tidak bisa meninggalkan aspek ekonomi, sosial, dan tatakelola,” ungkap  Maftuchan.

Lebih lanjut ia menyebut hal yang masih menjadi tantangan dan perlu terus didorong adalah terkait political approach. “Agar leadership untuk shifting dari ekonomi dark ke ekonomi yang lebih hijau ini bisa kita akselerasi secara cepat,” tutup Maftuchan.

Kami menggunakan cookie untuk memberikan Anda pengalaman terbaik.