Menjadi Lansia: Belajar dari Jepang dan Perlunya Perubahan Perspektif

Tokyo, The PRAKARSA – The PRAKARSA menghadiri konferensi Asian Conference on Aging & Gerontology ke 10 di Tokyo, Jepang. Pada Selasa (26/03/2024). The PRAKARSA sejak tahun 2018 turut serta untuk melakukan riset dan diskusi publik dalam isu kelanjutusiaan. Salah satu kebijakan yang masih terus diadvokasi yakni mengenai kesejahteraan dan perlindungan sosial lansia di Indonesia.

Hari ke dua konferensi, narasumber Adela Balderas Cejudo, dari University of Oxford, United Kingdom membahas mengenai “On People and Ageing: Opportunities in an Overlooked and Misunderstood Market Segment”. Materi tersebut dibawakan karena melihat populasi lansia di seluruh dunia yang meningkat dan telah membawa perubahan transformasi sosial yang signifikan. The World Population Prospects (2022) mengungkapkan bahwa populasi berusia 65 tahun ke atas tumbuh lebih cepat dibandingkan populasi berusia lebih muda. Pergeseran demografi ini diperkirakan akan meningkatkan proporsi global individu berusia 65 tahun ke atas dari 10 persen pada tahun 2022 menjadi 16 persen pada tahun 2050. Perubahan populasi tersebut juga telah meningkatkan partisipasi lansia dalam berbagai kegiatan. Namun, penuaan menjadi tantangan yang signifikan bagi para pengambil keputusan di berbagai bidang mulai dari politik dan teknologi untuk pemasaran dan industri jasa.

Pembicara selanjutnya membahas mengenai pembelajaran dari Japan as a Role Model for Ultra-Aging Societies: Innovation and Sustainability in Universal Access Healthcare. Sesi ini dibawakan oleh Robert E. Claar, HekaBio. Dalam presentasinya ia menekankan bahwa sistem kesehatan universal dan akses kepada pelayanan kesehatan merupakan salah satu alasan Jepang memiliki angka harapan hidup dan angka kesehatan yang baik di antara negara-negara G20. Namun, di sisi lain populasi menua di Jepang juga menurunkan populasi pekerja yang merupakan faktor yang menentukan basis pajak.

Pada dua dekade mendatang, Jepang akan kesulitan mendukung standar layanan kesehatan universal sehingga jika tanpa ada kebijakan baru dan peningkatan efisiensi. Salah satu cara yang dilakukan adalah mempermudah pekerja migran untuk menjadi pekerja di Jepang. Cara ini tidak hanya untuk meningkatkan populasi pekerja dan basis pajak, namun juga untuk meningkatkan jumlah pekerja yang terlibat dalam layanan perawatan medis dan keperawatan yang dibutuhkan oleh populasi lanjut usia.

Tidak berhenti sampai disitu, pembahasan isu lansia dalam perspektif well-being secara khusus dibawakan oleh Miriam Sang-Ah Park, dari Nottingham Trent University, United Kingdom. Miriam mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai Getting Old, Staying Young? Studying Older Adults’ Well-Being. Ia menyebutkan bahwa menjadi “tua” bukan lagi sangat tua dan proses menua dan pengalamannya tidak lagi sebagai sesuatu yang seluruhnya negatif. Ini berarti kita harus mengupdate perspektif dan fokus penelitian kita untuk melihat gaya hidup lansia saat ini dan menginvestigasi apa arti menjadi tua secara positif. Bukan hanya itu, fokus melihat perubahan harus dilakukan secara menyeluruh baik dari aspek sosial dan psikologis dibandingkan hanya dari tradisional yang melihat penuaan dari sisi kesehatannya. Hari ke dua konfrensi ditutup dengan kegiatan poster presentasi, dimana seluruh peserta dapat bertanya kepada para peneliti, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara mengenai topik penelitian yang mereka angkat. Topik penelitian cukup beragam mulai dari penelitian Kesehatan, Pendidikan, Aging dan topik-topik lain yang relevan dengan konfrensi.

Kami menggunakan cookie untuk memberikan Anda pengalaman terbaik.