PB 40 – Indeks Kemiskinan Multidimensi: Mengupas Jejak Kemiskinan Masyarakat

Pembatasan definisi kemiskinan pada satu indikator dapat menimbulkan bias pada indikator-indikator lain yang berkontribusi pada kemiskinan. Situasi pandemi Covid-19 menjadi pembelajaran yang penting karena penduduk rentan jatuh miskin akibat terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, dan komunikasi. Namun, dimensi-dimensi tersebut tidak masuk sebagai indikator pengukuran kemiskinan di Indonesia. Sebelum pandemi terjadi, kemiskinan di Indonesia sudah menyentuh satu digit, atau 9,66% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2018 (BPS, 2019). Pengukuran kemiskinan dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, yang disebut sebagai indikator kemiskinan moneter.

Kemiskinan multidimensi mencakup berbagai keterbatasan yang dialami oleh orang miskin dalam  memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Pada tahun 2010, Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) mengembangkan Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM). Pengukuran kemiskinan multidimensi dapat memasukkan serangkaian indikator yang menangkap realitas kompleksitas fenomena untuk memberikan masukan terhadap kebijakan yang bertujuan mengurangi kemiskinan dan kekurangan di suatu negara. IKM tidak dimaksudkan untuk menggantikan kemiskinan moneter, melainkan memberikan pandangan yang lebih luas dan terukur dalam mengurai karakteristik kemiskinan. IKM juga tidak memiliki keterkaitan langsung dengan kemiskinan moneter dan kesenjangan dalam indeks gini, karena indikator pengukuran kemiskinan moneter dan indeks gini menggunakan dasar pendapatan atau pengeluaran, sedangkan IKM berbasis pada deprivasi rumah tangga pada beberapa dimensi dan indikator.

Sejak tahun 2012 sampai 2021, jumlah penduduk miskin secara multidimensi mengalami penurunan secara terus menerus. Penduduk miskin secara multidimensi selama sepuluh tahun terakhir menurun lebih dari 80 juta jiwa, dimana pada tahun 2012 sejumlah 120,1 juta jiwa menjadi 38,95 juta jiwa pada tahun 2021. Penurunan jumlah penduduk miskin multidimensi sebanyak itu menyebabkan angka kemiskinan multidimensi turun dari 48,98% (2012) menjadi 14,34% (2021).

Penurunan jumlah penduduk miskin paling besar terjadi pada tahun 2019 – 2020 sejumlah 14 juta jiwa. Secara umum, penurunan angka kemiskinan multidimensi pada periode ini 2019 ñ 2020 disebabkan karena indikator pemanfaatan akses internet meningkat signifikan terutama selama masa pandemi Covid-19 yang dimulai diawal tahun 2020.

Pemerintah Indonesia telah berupaya menurunkan angka kemiskinan sejak beberapa dekade terakhir. Upaya ini dilakukan melalui beberapa program di antaranya dengan pemberian bantuan sosial dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT), subsidi bahan bakar minyak (BBM), bantuan biaya pendidikan seperti program Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan, serta Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ketenagakerjaan.

Baca selengkapnya Policy Brief volume 40 yang berjudul “Indeks Kemiskinan Multidimensi: Mengupas Jejak Kemiskinan Masyarakat” melalui website IKM berikut ini:

Kami menggunakan cookie untuk memberikan Anda pengalaman terbaik.