Penguatan Dukungan Negara Bagi Perawatan Lansia di Rumah Tangga Tiga Generasi

Tokyo, The PRAKARSA – The PRAKARSA berkesempatan membagikan hasil studinya mengenai isu Lansia di Indonesia pada kegiatan Asian Conference on Aging & Gerontology ke 10 di Tokyo, Jepang. Kamis (28/03/2024).

Herni Ramdlaningrum (Program Manager) dan Darmawan Prasetya (Social Policy Officer) menyampiakan hasil studinya pada sesi breakout yang berjudul “Augmenting Social Protection for Three-Generation Households with Elderly Members in Indonesia: A Policy Analysis (Meningkatkan Perlindungan Sosial untuk Rumah Tangga Tiga Generasi yang Memiliki Anggota Lanjut Usia di Indonesia: Sebuah Analisis Kebijakan)”.

Darmawan menjelaskan bahwa Indonesia telah memasuki era populasi yang menua dengan prevalensi kelompok lanjut usia tinggal dalam rumah tangga miskin. Sebagian besar lansia saat ini juga tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak memiliki jaminan pensiun. “Situasi ini membuat keluarga menjadi tumpuan utama bagi banyak lansia di Indonesia, apalagi rumah tangga tiga generasi di Indonesia mencapai 34,68%, tren ini akan kemungkinan mengalami kenaikan seiring kenaikan jumlah lansia dan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal dengan anak cucu sebagai bentuk norma kekeluargaan di Indonesia” ungkapnya.

Situasi ini memunculkan situasi sandwich bagi generasi tengah yang harus merawat lansia dan anak (cucu). Generasi sandwich memiliki pengeluaran rumah tangga 3% lebih tinggi dibanding rumah tangga tanpa lansia.

Herni menjelaskan meskipun situasi ini sudah berjalan menahun, pemerintah belum secara terarah mengatasinya. “Keterbatasan intervensi negara kepada rumah tangga tiga generasi di Indonesia bukan hanya memunculkan risiko lansia tidak terawat dengan baik, melainkan generasi tengah menjadi kelompok rentan terhadap kemiskinan”, ucap Herni.

“Kebijakan di Indonesia selama ini lebih ditargetkan pada pengentasan kemiskinan, sehingga banyak sekali rumah tangga tiga generasi yang rentan dan membutuhkan dukungan non finansial masih belum mendapatkan dukungan memadai dari negara”, imbuh herni.

Hasil analisa terhadap program yang ada di Indonesia, Herni dan Awan menemukan bahwa sebagian besar program-program seperti BPNT, PKH, JKN, dan Pensiun bersifat parsial. Artinya tidak semua penduduk mendapatkan akses manfaat program ini, karena persyaratannya yang terbatas.

“syarat untuk mengakses manfaat ini adalah seperti harus miskin atau mantan pegawai negara, hanya JKN yang sudah dibuka aksesnya bagi semua penduduk di Indonesia” begitu jelas Awan.

Situasi ini membuat lebih dari 14% penduduk lansia di Indonesia harus bekerja lebih dari 40 jam setiap minggunya. Dan lebih dari seperempat lansia di Indonesia yang bekerja hanya memiliki pendapatan kurang dari 2 juta setiap bulannya.

Herni dan Awan menyimpulkan meskipun negara Indonesia sudah membuat beberapa program dengan target keluarga, namun cakupan dan manfaatnya kecil. Pola ini sudah terjadi menahun sehingga Rezim Kesejahteraan di Indonesia bagaikan bunglon, berubah-ubah bukan karena perencanaan namun lebih ke respon sporadis dan rentan tidak berlanjut.

Sebagai rekomendasi, herni dan awan menegaskan perlu banyak studi lebih lanjut untuk membahas bagaimana seharusnya keluarga dan negara dapat saling bahu-membahu mendukung kehidupan lansia terutama lansia di rumah tangga tiga generasi dan berada di negara berkembang.

Kami menggunakan cookie untuk memberikan Anda pengalaman terbaik.