Jakarta, The PRAKARSA lembaga penelitian dan advokasi kebijakan menyelenggarakan sharing knowledge untuk pengembangan kapasitas staf internal terkait Gender dan Interseksionalitas, yang disampaikan oleh Manajer Program The PRAKARSA, Herni Ramdlaningrum, pada Jumat (27/10).
Pada kesempatan ini Herni menekankan pentingnya memahami konsep-konsep ini dalam konteks pembangunan. “Gender, yang merupakan konstruksi sosial yang melibatkan atribut, peran, beban, status, dan identitas gender, sering kali dipahami secara berbeda tergantung pada konteks waktu dan tempat,” katanya.
Konsep maskulinitas, misalnya, adalah produk budaya yang berubah-ubah. Sementara itu, interseksionalitas merupakan kerangka analisis yang memahami bagaimana identitas sosial dan politik seseorang digabungkan, dapat menciptakan diskriminasi dan hak istimewa yang berbeda.
Selain itu, Herni juga mengulas tentang konsep Gender Equality and Social Inclusion (GESI), ia menyoroti hubungan kekuasaan yang tidak setara berdasarkan berbagai faktor seperti gender, kekayaan, kemampuan, lokasi, kasta/etnis, bahasa, dan agensi.
“Isu-isu gender seperti subordinasi, pelabelan, beban ganda, diskriminasi, dan kekerasan juga juga perlu dilihat secara mendalam. Terlebih dalam konteks pandemi COVID-19 yang lalu, tema ini menjadi semakin relevan, karena pandemi telah memperdalam kesenjangan gender dan eksklusi di Indonesia. Beberapa contohnya adalah pandemi telah membuat terjadinya kerentanan ekonomi keluarga, meningkatnya kasus kekerasan berbasis gender, perkawinan anak, dan masih banyak lagi,” tutur Herni.
Terakhir, Herni juga menekankan pentingnya mempertimbangkan gender dalam pembangunan dan mendorong pendekatan proyek yang responsif terhadap gender. Ini berarti bahwa perencanaan dan implementasi proyek harus mempertimbangkan bagaimana gender mempengaruhi pengalaman seseorang dan bagaimana proyek tersebut dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan gender.