Stok vaksin menjadi kendala untuk akselerasi vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Dalam webinar yang diselenggarakan oleh The PRAKARSA dan C20 Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa program vaksinasi masih terkendala stok vaksin yang masuk ke Indonesia. “vaksin yang tersedia tidak cukup untuk sekaligus dalam satu waktu, sehinga prioritas harus tetap dilakukan karena jumlahnya terbatas”. Ujarnya
Keterbatasan stok vaksin juga dialami oleh YAPPIKA – Action Aid sebagai salah satu CSO yang membantu penyelenggaraan vaksinasi untuk kelompok rentan. YAPPIKA – Action Aid berupaya dengan melakukan koordinasi dan lobi kepada pemerintah pusat. “ketersediaan vaksin misalnya kita sudah fix mau kerjasama tapi tiba-tiba vaksinnya kosong. Jadi proses lobi perlu dilakukan dan melibatkan kawan-kawan yang punya akses ke pemerintah pusat bukan hanya Kemenkes tapi juga sampai ke Presiden.” ujar Fransisca Fitri, Direktur YAPPIKA – Action Aid
Selain itu batas expired date juga pernah dialami karena menjadi tantangan tersendiri dalam pemberian vaksin bagi kelompok rentang yang memiliki kebutuhan khusus. “waktu di Jember juga kita dibatasi masa expired date vaksin yang sangat pendek, jadi prosesnya harus cepat. Padahal untuk kelompok difabel prosesnya perlu psiko edukasi pra vaksinasi dan perlu sinkronisasi data.” imbuh Fransisca Fitri, Direktur YAPPIKA – Action Aid
MCC Muhamadiyah juga mengalami hal serupa dimana kegiatan terpaksa harus ditunda atau dihentikan karena tidak tersedianya vaksin Covid-19. “Tantangan pertama yang pasti supply ketersediaan stok, beberapa titik kegiatan vaksinasi yang sudah dipersiapkan secara matang dan mengundang banyak pihak memang harus tertunda atau ada yang mundur pelaksanaannya karena stok vaksinnya tidak ada.” kata dr Aldila Al Arfah, MCCC PP Muhammadiyah
dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan agar masyarakat tidak perlu khawatir untuk mendapatkan vaksin. Namun yang ter penting adalah menjaga semangat antusias sehingga tidak ada keengganan untuk vaksin berikutnya. Masyarakat juga harus paham bahwa Indonesia juga memiliki kebutuhan vaksinasi yang cukup banyak sehingga tidak perlu pilih-pilih jenis vaksin. ‘’Masyarakat harus melihat bahwa kita adalah negara dengan jumlah kebutuhan vaksin yang besar yakni 426 juta dosis sedangkan produksi vaksin hanya 8 miliyar. Indonesia sangat sulit memenuhinya jika dibandingkan negara tetangga dengan jumlah penduduk dan kebutuhannya lebih sedikit. Sehingga mau tidak mau siapapun yang bisa menyediakan vaksin dalam waktu cepat akan menjadi pertimbangan dan prioritas pemerintah” imbuh dr. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi Covid-19.
Hal ini dibenarkan oleh Lutfiyah Hanim dari IGJ bahwa Indonesia memiliki tantangan tersendiri karena jumlah penduduk yang besar. “Indonesia dan India memiliki tantangan yang berbeda karena jumlah penduduknya yang besar dan jumlah vaksin memang belum mencukupi untuk mengejar target. Sedangkan secara umum di seluruh dunia jumlah vaksinasi masih sangat sedikit.” ujarnya
Tapi hal lain yang juga disoroti yakni perihal ketidak merataan penggunaan vaksin oleh negara-negara maju. “di beberapa negara-negara maju bahkan sudah sampai melakukan booster yang ke 3, ini berarti akan mengakibatkan tekanan pada supply vaksin di Internasional karena seharusnya bisa digunakan di negara-negara lain tetapi dugunakan sebagai booster lebih dahulu sehingga menjadi tantangan.” imbuh Lutfiyah Hanim, IGJ
Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah di seluruh dunia harus memastikan akses di negara-negara berkembang dan miskin pada vaksin Covid-19 terjamin untuk mencegah dampak ekonomi yang lebih besar bahkan di negara-negara maju sekalipun. Ini juga terkait dengan keadilan dan pemerataan. “Sangat penting bagi negara-negara maju dan negara-negara lain yang memiliki tingkat vaksinasi yang cukup bagus dapat memastikan ada vaksinasi yang adil untuk negara-negara lain yang sampai sekarang masih sangat sedikit walaupun jumlah penduduk mereka kecil tetapi tingkat vaksinasi rendah terutama di negara-negara Afrika yang bahkan ada yang tingkat vaksinasinya baru mencapai 0,2 persen dari total penduduknya” imbuh Lutfiyah Hanim, IGJ
Beberapa negara sudah membuka diri untuk menerima kunjungan Kembali Indonesia ke negaranya. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif seluruh pihak. Namun masih perlu pehatian yakni menjamin akses vaksin untuk seluruh dunia tanpa terkecuali.
Memasuki persiapan presidensi G20 di tahun 2022, C20 Indonesia telah berkomitmen untuk melanjutkan agenda C20 tahun 2021. “C20 sebagai salah satu engagement grup dalam G20, salah satu komitmen kuat yang dijamin oleh C20 Indonesia adalah menjamin vaksinasi untuk semua warga di seluruh dunia dan akan menjadi prioritas di presidensi mendatang”. Tutup Ah Maftuchan, Direktur Eksekutif The PRAKARSA.