Victoria Fanggidae menjabat sebagai Deputi Direktur The PRAKARSA sejak akhir 2021 dan bertanggungjawab untuk mendukung Direktur Eksekutif dalam hal-hal strategis yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan kelembagaan, pengendalian mutu produksi pengetahuan dan manajemen program, serta penggalangan dana dan berjejaring.
Victoria mendapatkan gelar doktor dari University of Melbourne dalam bidang Social Policy, Sociology and Social Theory, di bawah Faculty of Arts, dengan disertasi mengenai pekerja Indonesia dan jaminan sosial. Ia juga mendapatkan gelar masternya dari universitas yang sama, dalam bidang Development Studies dengan tesis mengenai bantuan pembangunan lembaga internasional di daerah tertinggal.
Sebelum bekerja sebagai Deputi Direktur di The PRAKARSA, Victoria menjabat sebagai Manajer Program dan Riset di lembaga yang sama, dimana ia bertanggungjawab untuk melakukan pelaksanaan riset dan manajemen program. Sebelumnya, Victoria bekerja di beberapa lembaga PBB dan NGO internasional di Indonesia sebagai konsultan maupun pelaksana program, serta magang sebagai peneliti di lembaga advokasi dan kampanye di Australia.
Victoria adalah peneliti kualitatif by training dan terlibat dalam pengembangan serta review disain dan hasil riset di The PRAKARSA. Selain itu, saat ini ia aktif terlibat dalam pengembangan kelembagaan The PRAKARSA melalui proyek BUILD yang didanai Ford Foundation. Minat riset Victoria adalah isu-isu sosial ekonomi, khususnya terkait kebijakan jaminan sosial, ketenagakerjaan, kesehatan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan riset dan advokasi dalam isu fiskal dan keberlanjutan yang tidak terpisahkan dari isu-isu keadilan sosial dan kesejahteraan.
Selain mendukung kendali mutu produksi pengetahuan dan pengembangan kelembagaan di The PRAKARSA, Victoria juga sering menulis di berbagai media seperti The Jakarta Post, Kompas dan The Conversation. Tulisan Victoria yang relevan antara lain berjudul “Getting the wrong ends of the stick: The pensions debate” di The Jakarta Post dan “Sailing through a perfect storm of COVID-19 with universal basic income for Indonesia” di The Conversation.