G20 merupakan klub negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia, mulai Cina, India, AS, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Italia, Saudi Arabia, dan lainnya. G20 memiliki nilai tambah karena (a) mencerminkan kesepakatan bersama para kepala pemerintahan dari berbagai negara besar, yang segera akan dilaksanakan oleh berbagai lembaga multilateral dunia, termasuk IMF, Bank Dunia, OECD, ADB UN sistem dan lainnya. (b) mencerminkan sense or urgency dari dunia kepada masalah pembangunan besar yang sedang melanda dunia, seperti pandemi, perubahan iklim dan tantangan mewujudkan SDG.
Pertemuan pembukaan C20 telah dilaksanakan selama 3 hari secara online. Pertemuan ini seiring waktunya dengan rapat rapat antar pemimpin G20 yang diselenggarakan oleh pemerintah Italia sebagai host G20. Pertemuan C20 bulan Januari 2021 ini dapat dinilai sukses dengan indikasi partisipasi luas dari CSO seluruh dunia, termasuk wakil Amerika Latin, Asia dan Indonesia. Sebelumnya, panitia C20 Italian telah berkontak kami dan meminta kami duduk dalam SC C20 sesuai dengan tradisi dan tata cara selama ini.
C20 merupakan jalur partisipasi resmi CSO di forum forum G20. Dengan bahasa lain, CSO diakui dan memiliki kedudukan setara dengan empat sektor lainnya yaitu L20 (labour), T20 (think tank dan lembaga penelitian dan juga B20, (bisnis). Peran penting CSO dapat dilakukan dalam beberapa cara antara lain (a) berdialog dengan Kementrian Keuangan yang biasanya memimpin delegasi pemerintah; (b) memberikan input substansi, termasuk usulan kebijakan baru. (c) secara kolektif menggelar kegiatan untuk mengumpulkan suara CSO se dunia.
Berbeda dengan G20 tahun lalu 2020 di Arab Saudi yang lebih sepi, karena dunia sedang dilanda pandemi dan karena Saudi telah mendapatkan banyak protes (karena catatan Hak asasi manusia) maka tahun ini G20 dan C20 akan menjadi lebih terbuka dan dinamis, dengan prediksi partisipasi CSO di Eropa dan dunia akan kuat dan artikulatif
Apa relevansinya dengan Indonesia dan Mengapa. Tahun 2022 atau dua tahun lagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan G20. Tahun 2020, Kepresidenan dipegang oleh Saudi Arab Saudi, kemudian Italia tahun 2021 dan Indonesia tahun 2022. Urutan tuan rumah ini akan menentukan urutan siapa saja yang duduk dalam SC/Troika C20 tahun ini, yaitu CSO Italia, CSO Arab Saudi dan CSO Indonesia.
Relevansi dan urgensi G20 dan C20 untuk Indonesia ada beberapa hal antara lain. Indonesia memerlukan akses kepada vaksin dan peralatan kesehatan dengan biaya yang terjangkau. Hal ini dapat dibantu oleh kesepakatan G20 (jika ada). Selama ini pendekatan yang ada dalam vaksin lebih banyak pendekatan Ad Hoc atau pendekatan pasar (daya beli). Tentu cara ini akan tidak menguntungkan Indonesia, di tengah kemampuan daya belinya. Isu kebijakan lain misalnya saja, Indonesia sangat memerlukan tambahan pendapatan negara dari Pajak digital untuk mengatasi kekurangan perolehan pajak akibat pandemi dan krisis ekonomi. Isu lainnya yang relevan adalah kebijakan pajak kepada perusahaan-perusahan internasional. Jika sistem pajak baru diterapkan (unitary formula system), maka kasus kasus pengelakan pajak dan penghindaran pajak oleh berbagai perusahaan multinasional akan sangat bisa berkurang dan manfaatnya Indonesia akan meraup perolehan dana pajak lumayan tinggi.
Beberapa isu penting menonjol dalam dialog kebijakan antara CSO dengan para wakil Menkeu G20 dan pemerintah Italia selama 3 hari pertemuan C20 adalah sbb: Pertama, adalah soal pemulihan dari pandemi dan secara khusus bagaimana G20 dapat memastikan akses kepada Vaksin, antara lain yang menjadi bahan masukan adalah agar para pemimpinan G20 menyepakati akses universal kepada vaksin dan agar semua negara dapat mendapatkan vaksi baik dengan cara yang gratis/bersubsidi dan atau terjangkau
Kedua, pendanaan Pembangunan, dari berbagai estimasi yang dapat dipercaya oleh berbagai sumber resmi, maka terdapat kebutuhan pendanaan pembangunan yang belum terjawab dan terpenuhi sebesar 2.5 Triliun dolar, dana itu sangat diperlukan untuk mengatasi pandemi dan pemulihan sosial ekonomi di berbagai di negara-negara berkembang. Ketiga, sejauh mana G20 dapat mendorong pelaksanaan dan pendanaan SDG. Khususnya kepada negara miskin dan berkembang. Pemerintah Italia sepertinya akan mendorong pelaksanaan SDG untuk bisa menjadi kesepakatan global untuk memastikan perubahan perubahan arah dan pendekatan pembangunan lebih hijau dan berkelanjutan (low carbon development, non fossil fuels, dll)
Keempat tentang Pajak. Berbagai usulan juga telah mengemuka tentang penting G20 untuk mulai melaksanakan sistem pajak global dengan metode baru (unitary formula system) untuk menghindari pengelakan pajak dan penghindaran pajak bagi perusahaan-perusahan multinasional. Pajak/Digital taxation. WG G20 sepertinya akan bersepakat untuk adanya pajak digital kepada perusahaan-perusahaan internet termasuk Google dan Zoom dan sebagainya.
Untuk Persiapan Indonesia menjadi tuan rumah tahun 2022, maka beberapa hal berikut perlu menjadi perhatian dan disiapkan secara bersama setidaknya 2 tahap yaitu tahapan pertama adalah mencakup persiapan dan kegiatan CSO Indonesia tahun 2021 dan tahap kedua mencakup pelaksanaan dan peran CSO tahun 2022.
Untuk tahun 2021 ini maka yang mendesak dikerjakan adalah sebagai berikut: (i) pembentukan Tim kerja atau Pokja CSO indonesia persiapan C20; (2) dialog rutin dan berkala dengan Kemenlu dan Kemenkeu/Sherpa Indonesia sebagai wakil delegasi Indonesia di G20, untuk sinergi kerja dan persiapan; (3) Identifikasi focal point dari CSO Indonesia untuk menjadi pengampu beberapa isu strategis termasuk open government dn antikorupsi; Pandemi dan bansos, Pendidikan dan kewarganegaraan, kesetaraan gender, pendanaan pembangunan. Selanjutnya, kegiatan lainnya adalah (4) dialog rutin dengan CSO Indonesia, termasuk kemungkinan membuat survei jajak pendapat untuk membentuk usulan prioritas kebijakan oleh C20 Indonesia untuk C20/G20 tahun ini/2021; (4) pembentukan dokumen prioritas kebijakan untuk C20/G20 tahun 2022.
-(Sugeng Bahagijo & Ah Maftuchan)-