Metode Alkire Foster (AF) yang dikembangkan oleh Sabina Alkire dan James Foster di Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) merupakan teknik penghitungan kemiskinan atau kesejahteraan yang fleksibel. Penghitungan ini dapat menggabungkan dimensi dan indikator yang berbeda-beda untuk membuat penghitungan dapat diadaptasi pada konteks yang lebih spesifik. Artinya metode ini dapat digunakan dengan cara yang berbeda-beda.

  • Pengukuran Kemiskinan dan Kesejahteraan. Metode Alkire Foster dapat digunakan untuk membuat pengukuran kemiskinan atau kesejahteraan ditingkat nasional, regional, atau internasional dengan menggabungkan dimensi dan indikator sesuai dengan konteks yang relevan. Sebagai contoh, metode Alkire Foster digunakan untuk membangun indeks kemiskinan multidimensi global yang berkolaborasi dengan United Nations Development Programme’s dan dianggap sebagia laporan unggulan pembangunan manusia. Metode ini juga diadaptasi oleh beberapa negara di empat atau lima regional di dunia untuk membuat pengukuran kemiskinan nasional.
  • Monitoring and evaluation. Metode Alkire Foster dapat digunakan untuk melakukan pengawasan secara efektif atas program yang dilakukan. Sebagai contoh, metode Alkire Foster mendukung Indeks Pemberdayaan Perempuan dalam Pertanian, yang mengukur pemberdayaan, agensi, dan inklusi perempuan di sektor pertanian. Indeks ini digunakan untuk membantu mengevaluasi kinerja program bantuan pertanian Amerika Serikat.
  • Targeting penduduk miskin sebagai penerima manfaat layanan atau penerima bantuan tunai bersyarat. Metode Alkire Foster juga dapat digunakan untuk menetapkan kriteria individu penerima program layanan publik atau bantuan tunai bersyarat (BTB).

Keuntungan menggunakan metode Alkire Foster bagi pemangku kebijakan?

Metode ini dapat digunakan oleh NGO, pemerintah, lembaga, dan sektor swasta untuk melakukan pengukuran yang memiliki kegunaan antara lain:

  • Efektifitas alokasi sumber pendanaan. Metode ini dapat membantu pemangku kebijakan mengidentifikasi masyarakat yang paling miskin dan indikator yang paling terdeprivasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menginvestasikan sumber daya yang berfungsi mengurangi kemiskinan.
  • Desain kebijakan. Pemangku kepentingan dapat mengidentifikasi deprivasi yang menyebabkan kemiskinan paling umum dari kelompok miskin, sehingga kebijakan dapat dirancang untuk menangani kebutuhan tertentu dan mengurangi kemiskinan secara lebih efektif.
  • Identifikasi hubungan antara indikator yang terdeprivasi. Metode ini digunakan untuk mengintegrasikan banyak aspek kemiskinan yang berbeda ke dalam satu ukuran, yang mencerminkan interkoneksi di antara deprivasi dan membantu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan masyarakat terperangkap kemiskinan.

  • Menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu. Metode Alkire Foster dapat lebih cepat merefleksikan dampak perubahan kebijakan dengan lebih cepat daripada menggunakan pengukuran pendapatan saja. Misalnya, apabila terdapat program baru yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan di suatu daerah, akan butuh waktu lama dampak dari pendidikan terlihat bila menggunakan pengukuran pendapatan. Sebaliknya, ukuran kemiskinan multidimensi yang mencakup kehadiran anak di sekolah dan prestasi dalam pendidikan dapat mengungkap hasil kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan pendidikan dan mengukur kontribusi pendidikan terhadap kemiskinan multidimensi secara keseluruhan.
  • Perbedaan dimensi, indikator, dan cut off dapat digunakan untuk membuat pengukuran sesuai dengan penggunaan, situasi, dan konteks. Pemilihan indikator dan dimensi ini dapat dilakukan dengan menggunakan proses yang partisipatif.
  • Melengkapi matriks kemiskinan. Indeks kemiskinan multidimensi dapat membantu melengkapi informasi dari adanya matriks penghitungan kemiskinan lainnya seperti: pengukuran kemiskinan berdasarkan pendapatan dan konsumsi.

Indeks Kemiskinan Multidimensi Global

IKM telah digunakan oleh lebih dari 50 negara yang tergabung dalam Forum Multidimenstional Poverty Peer Network (MPPN). Berikut ini beberapa negara di dunia yang telah menggunakan penghitungan kemiskinan multidimensi dengan berbagai indikator pengukuran kemiskinan multidimensi disesuaikan dengan kondisi dan situasi nasional:

Dimensi dan Indikator Kolombia India Afrika Selatan Thailand
Pendidikan Prestasi sekolah Lama sekolah Lama sekolah Lama sekolah
Literasi Partisipasi sekolah Partisipasi sekolah Keterlambatan sekolah
Partisipasi sekolah
Keterlambatan sekolah
Akses penitipan anak
Pekerja anak
Standar hidup Akses sumber air Bahan bakar memasak Bahan bakar penerangan Pembuangan limbah rumah tangga
Pembuangan limbah Sanitasi Bahan bakar pemanas ruangan Akses internet
Lantai rumah Air minum Bahan bakar memasak Kepemilikan aset
Dinding rumah Listrik Akses air
Kepadatan rumah Material rumah Sanitasi
Aset Tipe hunian
Akun bank Kepemilikan aset
Kesehatan Asuransi kesehatan Nutrisi Kematian anak Air minum
Akses kesehatan Kematian anak dan remaja Perawatan diri sendiri
Perawatan setelah melahirkan Pengeluaran nutrisi makanan
Pekerjaan Lama menganggur Pengangguran
Pekerjaan formal
Akses keuangan Tabungan
Beban keuangan
Kepemilikan jaminan pensiun
Dimensi Kemiskinan Multidimensi Indonesia

Dalam penyusunan IKM global, OPHI menggunakan tiga dimensi pengukuran yakni kesehatan, pendidikan, dan standar hidup dengan 10 indikator. IKM global yang terstandar ini ditujukan untuk membandingkan kemiskinan multidimensi seluruh negara dengan menyesuaikan SDGs dan ketersediaan data. Sedangkan pada studi ini, IKM Nasional disusun melalui beberapa penyesuaian dimensi dan indikator yang tetap mengacu pada standar metodologi OPHI.

Dimensi IKM 2012-2014

Penghitungan IKM di Indonesia memakai tiga dimensi, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup, dan terdapat total 11 indikator. Sesuai dengan metode Alkire-Foster yang membebaskan pemakaian indikator, kami menyesuaikan ketersediaan data dengan indikator yang dapat menjadi representasi di Indonesia.

Dimensi IKM 2015-2018

Penghitungan IKM Indonesia 2015–2018 menggunakan metodologi yang sama dengan penghitungan IKM Indonesia 2012–2014, namun terdapat sedikit perubahan komposisi indikator di setiap dimensi agar dapat menyesuaikan tren pembangunan terbaru dan lebih merefeksikan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya. Berbeda dengan IKM Indonesia 2012–2014 yang memiliki 11 indikator, IKM Indonesia 2015–2018 terdiri atas 8 indikator.

Dimensi IKM 2019-2021

IKM nasional Indonesia disesuaikan menjadi lima dimensi, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, perumahan, kebutuhan dasar, dan perlindungan sosial & partisipasi. Penentuan dimensi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan IKM global, ketersediaan data, dan relevansi studi. Penyusunan IKM juga mempertimbangkan masukan dari ahli dan pemangku kepentingan kunci. Hal ini dilakukan untuk menyesuasikan dengan konteks kemiskinan yang ada di Indonesia.

Indikator Kemiskinan Multidimensi 2012-2014

Penghitungan IKM 2012-2014 menggunakan 11 indikator yang disesuaikan dengan ketersediaan data dan kebutuhan di Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam metode Alkire-Foster, pemilihan indikator disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi masing-masing negara. Beberapa indikator dalam penghitungan pertama termasuk: sanitas, air bersih, akses pada kayanan kesehatan maternal, asupan gizi pada anak balita, akses pada layanan pendidikan, melek huruf, akses pada layanan pendidikan prasekolah, sumber penerangan, bahan bakar/energi untuk memasak, kondisi lantai atap dan dinding, dan kepemilikan aset.

Indikator Kemiskinan Multidimensi 2015-2018

The PRAKARSA pada periode penghitungan kedua menghilangkan masing-masing satu indikator di setiap dimensi. Pada IKM Indonesia 2015–2018, kami menghilangkan indikator pembantu kelahiran dalam dimensi kesehatan, indikator melek huruf dalam dimensi pendidikan, dan indikator kepemilikan aset rumah dalam dimensi standar kualitas hidup.

Penghilangan indikator pembantu kelahiran dikarenakan kini Indonesia telah mengimplementasikan jaminan kesehatan nasional dan masyarakat mulai sadar untuk memeriksakan kondisi kehamilan hingga persalinan di layanan fasilitas kesehatan dengan dibantu tenaga kesehatan.

Selain itu, dengan adanya implementasi jaminan kesehatan nasional, biaya persalinan seluruhnya telah ditanggung dan masyarakat miskin dibantu oleh pemerintah dalam pembayaran iurannya. Penghilangan indikator melek huruf dikarenakan pada 2015 tingkat melek huruf Indonesia telah mencapai diatas 95 persen sehingga sudah tidak relevan merepresentasikan kondisi kemiskinan.

Penghilangan indikator kepemilikan aset rumah dikarenakan dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar kelompok usia dewasa muda menganggap kepemilikan status aset rumah kurang mencerminkan tingkat kesejahteraan. Oleh karenanya, untuk membedakan antara masyarakat miskin dan tidak miskin semakin bias apabila diukur dari sisi kepemilikan aset rumah.

Selain penghilangan 3 indikator tersebut, pada IKM Indonesia 2015-2018 kami merivisi pengukuran pada indikator sumber penerangan. Pada IKM Indonesia 2012-2014, indikator sumber penerangan merujuk kepada orang-orang miskin sebagai orang-orang yang tidak menggunakan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan orang-orang yang menggunakan PLN tetapi disubsidi dengan nilai 450 dan 900 watt. Akan tetapi, karena sejak 2015 pertanyaan terkait sumber penerangan di dalam Susenas telah berubah maka pengukuran indikator sumber penerangan pada IKM Indonesia 2015-2018 turut mengalami perubahan.

Indikator Kemiskinan Multidimensi 2019-2021

Penghitungan IKM 2019-2021 menghilangkan beberapa indikator yang telah digunakan dalam penghitungan IKM periode 2015-2018. Perubahan ini didasarkan pada perubahan sosio-ekonomi negara Indonesia yang berpengaruh pada relevansi penggunaan sebuah indikator. Sebagai contoh indikator pendidikan anak usia dini pada IKM 2015-2018 tidak digunakan kembali karena hasil penghitungan IKM 2015-2018 menunjukkan tren penurunan secara terus menerus dan tim peneliti memutuskan untuk lebih mendalami isu partisipasi dan lama sekolah. Pada IKM 2019-2021 terdapat 11 indikator, yakni: nutrisi balita, morbiditas, partisipasi sekolah, lama sekolah, kualitas atap lantai dan dinding, kepadatan dalam hunian, air minum layak, bahan bakar memasak, sanitasi, akta kelahiran, dan internet.

Secara ringkas, penghitungan kemiskinan multidimensi menggunakan metode Alkire Foster dilakukan dalam 12 langkah utama. Pelatihan lengkap penghitungan kemiskinan multidimensi dapat dilihat di portal pelatihan berikut. Berikut enam langkah penghitungan sesuai dengan metode Alkire Foster:

  • Tahap 1: Memilih Unit Analisa

Analisis yang dipilih bisa dalam berbagai macam unit, seperti individu, rumah tangga, provinsi, kabupaten/kota, jenis kelamin, dan desa-kota.

  • Tahap 2: Memilih Dimensi

Pemilihan dimensi sangat penting dilakukan untuk melihat dimensi apa yang ingin dilihat. Standar OPHI menggunakan tiga dimensi, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup. Sementara IKM Indonesia memakai tiga dimensi di penghitungan IKM periode pertama (2012-2014) dan penghitungan periode kedua (2015-2018). Sedangkan untuk penghitungan periode ketiga menggunakan memecah 3 dimensi standard OPHI menjadi 5 dimensi, yakni: kesehatan, pendidikan, perumahan, standard layanan dasar, dan perlindungan sosial & partisipasi. Penentuan dimensi IKM 2019-2021 juga mempertimbangkan masukan dari ahli dan pemangku kepentingan kunci. Hal ini dilakukan untuk menyesuasikan dengan konteks kemiskinan yang ada di Indonesia.

  • Tahap 3: Memilih Indikator

Indikator akan dipilih dari setiap dimensi dengan prinsip accuracy (untuk membuat data lebih akurat bisa menggunakan berbagai macam indikator yang dibutuhkan sehingga mempunyai berbagai macam analisis untuk membuat pembuatan kebijakan menjadi lebih baik) dan parsimony (menggunakan sesedikit mungkin indikator untuk mempermudah analisis kebijakan dan transparansi). Untuk menetapkan indikator yang baik, kaidah statistik harus diperhatikan, yaitu apabila penetapan indikator tidak berkorelasi tinggi antarindikator. Indikator yang PRAKARSA pilih telah melalui beberapa tahapan konsinyering yang dilakukan, antara lain dengan sejumlah expert yang mengenal masalah kemiskinan di Indonesia.

  • Tahap 4: Pembobotan Dimensi dan Indikator

Setiap dimensi dan indikator akan diberikan bobot tertentu.  Metode pembobotan dipakai rata-rata setiap dimensi dan indikator. Terdaoat lima dimensi dalam penghitungan IKM 2019-2021. Lima dimensi tersebut diberi pembobotan masing-masing sama rata 0,2 atau 20%. Kemudian, lima dimensi tersebut diberikan penapisan kedua dalam penentuan bobot indikator. Bobot indikator dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah indikator dalam satu dimensi.

  • Tahap 5: Menentukan Garis Kemiskinan

Perlu ditetapkan poverty cut-off untuk tiap-tiap dimensi. Langkah pertama adalah menciptakan cutoff untuk metodologi di mana seseorang dapat dikatakan deprive atau non-deprive dari setiap dimensi. Misalnya: seseorang dikatakan miskin berdasarkan indikator pendidikan apabila orang tersebut putus sekolah atau tidak pernah sekolah meski berada pada rentang usia sekolah. Di luar itu, seseorang tidak dapat dikatakan miskin.

  • Tahap 6: Aplikasi Garis Kemiskinan

Langkah ini mengganti pencapaian seseorang dengan status yang dialami dengan setiap cut-off atau batas garis kemiskinan multidimensi yang ada. Sebagai contoh, batas garis kemiskinan IKM adalah 0,333. Jika seseorang mengalami deprivasi pada beberapa indikator kemiskinan dengan nilai total lebih dari 0,333, maka ia tergolong miskin multidimensi, sementara jika di bawah 0,333, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan miskin multidimensi. Jadi, apabila seseorang tidak bersekolah (mengalami kemiskinan dari dimensi pendidikan), tetapi masih berada di bawah garis kemiskinan multidimensi, maka ia tidak dikategorikan sebagai orang yang miskin.

  • Tahap 7: Menghitung Deprivasi Berdasarkan Jumlah Orang

Setelah mendapatkan batasan garis kemiskinan, selanjutnya adalah menghitung jumlah kemiskinan. Metode Alkire-Foster membuat persyaratan bahwa orang yang melewati batas 0,333 dianggap terkena kemiskinan multidimensi, tetapi cut-off ini bisa disesuaikan tergantung kebutuhan daerah masing-masing.

  • Tahap 8: Menentukan Cut-Off kedua

Asumsi penetapan ini adalah menetapkan bobot yang sesuai. Hal ini akan memberikan angka dari tiap dimensi di indikator ia mengalami kemiskinan. Seseorang yang dikatakan mengalami kemiskinan multidimensi, jika ia terkena dalam beberapa dimensi yang bersangkutan, sesuai dengan nilai bobot tiap-tiap indikator.

  • Tahap 9: Mengaplikasikan Cut-Off

Fokus yang dilakukan adalah memberikan profil dari orang miskin tersebut serta dimensi yang diberikan saat mereka deprived. Semua informasi yang menyatakan bahwa ia tidak miskin akan dibuat nol semua, sehingga tidak masuk dalam penghitungan untuk deprivasinya. IKM dihitung menggunakan bobot dari masing-masing dimensi dan indikator. Lima dimensi yang digunakan dalam penghitungan kemiskinan multidimensi diberi pembobotan masing-masing sama rata, yaitu 1/5 atau 20% tiap-tiap dimensi. Kemudian, lima dimensi tersebut diberikan penapisan kedua dalam penentuan bobot indikator. Bobot indikator dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah indikator dalam satu dimensi.

Contohnya pada penghitungan IKM 2019-2021, akan didapatkan bobot indikator sebagai berikut: bobot indikator pada dimensi kesehatan, kesehatan, perumahan, dan perlindungan & partisipasi masing-masing mendapatkan bobot 1/10 karena di setiap dimensi tersebut terdiri dari 2 indikator. Sedangkan untuk dimensi kebutuhan dasar, bobot setiap indikator berjumlah 1/15 karena terdapat tiga indikator dalam dimensi ini.

Setiap orang yang dinilai dalam IKM dilihat berdasarkan indikator yang dinilai. Penilaiannya terdiri dari rentang 0-1. Ketika seseorang memenuhi penilaian kemiskinan menurut indikator IKM, maka dia dikenai poin 1. Penilaian akan terus dilakukan pada setiap indikator. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung cut-off bagi masing-masing indikator kemiskinan multidimensi:

a. Indikator Nutrisi Balita

Keterangan:

IKM RT: Indeks Kemiskinan Multidimensi Rumah Tangga

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

Cut-off perhitungan indikator nutrisi balita yakni rumah tangga yang masuk dalam kategori miskin pada indikator nutrisi balita adalah individu berumur antara 0-4 tahun (0<u<4) dan setidaknya tidak memenuhi satu gizi seimbang sesuai rekomendasi pemerintah (energi, protein, lemak, atau karbohidrat).

b. Indikator Morbiditas

Keterangan:

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

Cut-off perhitungan indikator morbiditas adalah individu yang masuk dalam kategori terkena indikator IKM untuk mordibitas sebagai berikut: (1) jika individu mempunyai keluhan kesehatan (contoh: panas, batuk, pilek, diare, pusing, penyakit  kronis, dsb.) (2) akibat keluhan kesehatan mengakibatkan terganggunya pekerjaan, sekolah atau kegiatan sehari-hari.

c. Indikator partisipasi sekolah

Keterangan:

IKM: Indeks Kemiskinan Multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

Cut-off perhitungan indikator partisipasi sekolah apabila terdapat individu berusia 7-18 tahun, individu yang tidak menyelesaikan sekolah minimal SMA, dan individu yang tidak pernah sekolah.

d. Indikator Lama Sekolah

Keterangan:

IKM: Indeks Kemiskinan Multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

Cut-off perhitungan indikator lama sekolah apabila individu berusia 19-30 tahun, tidak memiliki ijazah, dan ijazah terakhirnya adalah paket A, sekolah dasar luar biasa, sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah.

e. Indikator Rumah Layak

Cut–off penghitungan inddikator rumah layak yakni, jika 1 dari 3 (atap, lantai, dan dinding) bagian rumah tidak memenuhi kriteria layak.

Keterangan:

IKM: Indeks Kemiskinan Multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

 

f. Indikator Kepadatan Rumah

Keterangan:

IKM: Indeks Kemiskinan Multidimensi

RT: Rumah Tangga

Cut-off indikator kepadatan rumah tidak layak adalah rumah yang luas lantai per anggota rumah tangga di bawah 7,2 meter2.

g. Indikator Air Minum Layak

Keterangan:

IKM: Indeks Kemiskinan Multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah Rumah Tangga

Cut-off penghitungan indikator air minum dikategorikan berdasarkan sumber air minum yang digunakan oleh rumah tangga sebagai berikut: (1) sumur tak terlindung, (2) mata air tak terlindung, (3) air permukaan (sungai/danau/waduk/kolam/irigasi), (4) air hujan, (5) sumur dengan jarak septic tank < 10 meter, (6) pompa dengan jarak dengan septic tank < 10 meter, dan (7) mata air dengan jarak dengan septic tank < 10 meter.

h. Indikator Bahan Bakar Memasak

Keterangan:

IKM: Indeks kemiskinan multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah rumah tangga

Cut-off penghitungan indikator bahan bakar memasak dihiitung berdasarkan kriteria penggunaan bahan bakar memasak utama dalam rumah tangga yakni, minyak tanah, briket, arang, kayu bakar, dan bahan lainnya yang tidak layak.

i. Indikator Sanitasi

Keterangan:

IKM: Indeks kemiskinan multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah rumah tangga

Cut-off penghitungan indikator sanitasi adalah kategori penggunaan jenis kamar mandi dalam rumah tangga sebagai berikut: (1) ada kamar mandi cuci kakus komunal, (2) ada kamar mandi cuci kakus umum/siapapun menggunakan, (3) ada anggota rumah tangga tidak menggunakan, dan (4) tidak memiliki fasilitas.

j. Indikator Akta Kelahiran

Keterangan:

IKM: Indeks kemiskinan multidimensi

Cut-off penghitungan pada indikator akta kelahiran yakni individu berusia 0-17 tahun yang tidak memiliki atau tidak tahu bahwa ia mempunyai akta kelahiran atau tidak dapat menunjukkan dokumen akta kelahirannya.

k. Indikator Internet

Keterangan:

IKM: Indeks kemiskinan multidimensi

(simbol sigma) RT: Jumlah rumah tangga

RT: Rumah tangga

Cut-off penghitungan indikator internet yakni jika dalam satu keluarga tidak ada satupun yang mengakses internet dan menggunakan internet (termasuk social media) dalam 3 bulan terkahir.

  • Tahap 10: Menghitung Kemiskinan Headcount

Kemiskinan headcount akan memberikan gambaran siapa yang mengalami kemiskinan multidimensi. Setidaknya dalam hal ini, setiap individu akan diketahui kemiskinan apa saja yang mereka alami, q adalah jumlah individu yang dikategorikan miskin secara multidimensi, sedangkan n adalah total populasi.

  • Tahap 11: Menghitung Kemiskinan Household

Sesuai dengan metode Alkire-Foster, kemiskinan individu harus diaplikasikan kepada household dengan memetakan setiap individu dalam suatu keluarga yang mengalami kemiskinan multidimensi.

  • Tahap 12: Memecah Group dan Breakdown dari Dimensi

Grup yang dibuat bisa berdasarkan jenis kelamin, desa, kota, umur, dan lain-lain. Tingkat kemiskinan bisa meningkat jika seseorang mengalami kemiskinan dengan adanya tambahan dimensi yang ada, jadi individu ini sensitif dari multiplikasi kemiskinan. Kemiskinan ini akan menyesuaikan dengan grup yang dikalkulasikan dan dapat pula menjadi perbandingan internasional antarnegara yang berbeda pula.

Pemecahan grup ini bertujuan untuk mempemudah pemerintah daerah untuk menentukan berapa (penduduk atau rumah tangga yang miskin), di mana (daerah yang miskin), kenapa (penyebab kemiskinan), dan bagaimana (penanggulangan kemiskinan).

Dalam menghitung tingkat deprivasi masing-masing indikator IKM, suatu studi memiliki pilihan untuk fokus pada seluruh atau sebagian lingkup individu atau rumah tangga sampel. Apabila studi berfokus pada seluruh individu atau rumah tangga populasi maka rasio headcount (H) menggunakan tipe uncensored (tidak disensor – semua populasi dimasukkan dalam penghitungan). Namun, jika studi hanya berfokus pada lingkup individu atau rumah tangga yang terdeprivasi saja, maka rasio headcount menggunakan tipe censored (tersensor – tidak semua populasi dimasukkan dalam penghitungan).
Menurut OPHI, penggunaan uncensored atau censored disesuaikan dengan kebutuhan studi. Secara umum, studi IKM menggunakan tipe censored (supaya hasil dari penghitungan pada populasi miskin dapat digunakan secara langsung dalam perumusan kebijakan. Oleh sebab itu, studi ini menggunakan tipe rasio censored headcount. Rasio ini sering juga didefinisikan sebagai Angka Kemiskinan Multidimensi (AKM). Pada tahap awal, studi perlu menghitung masing-masing indikator berdasarkan cut-off (titik potong) batas bawah kemiskinan. Setelah digunakan pembobotan berdasarkan seluruh indikator, kita dapat mengidentifikasi rumah tangga terdeprivasi secara multidimensi dengan batasan cut-off sebesar 1/3. Apabila individu memiliki indikator kemiskinan dengan nilai total lebih dari 1/3 maka individu tersebut tergolong miskin secara multidimensi. Dan apabila di bawah 1/3, maka individu tersebut tidak tergolong miskin secara multidimensi. Pada tipe rasio censored headcount, hanya individu yang tergolong miskin multidimensi inilah yang digunakan sebagai dasar menghitung tingkat deprivasi masing-masing indikator.

Di sisi lain, intensitas kemiskinan multidimensi (A) menghitung persentase rata-rata indikator di mana orang miskin terdeprivasi dalam lima dimensi kemiskinan. Intensitas ini dihitung dari individu yang telah termasuk dalam kategori deprivasi secara uncensored dan diakumulasikan pada level populasi. Semakin tinggi nilai intensitas individu atau populasi, maka semakin parah tingkat kemiskinan secara multidimensi yang sedang dialami. Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) mengintegrasikan dua faktor kemiskinan, yaitu AKM yang merupakan persentase penduduk miskin dan intensitas (A) yang merupakan persentase keparahan penduduk miskin. Nilai indeks dihitung dengan mengalikan angka kemiskinan dengan intensitas kemiskinan.

Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) = AKM x A

Semakin tinggi nilai IKM, maka semakin tinggi jumlah dan keparahan kemiskinan individu dalam rumah tangga di suatu wilayah.