Bekerja di sektor produksi dan distribusi pengetahuan, ada hal yang harus dimiliki oleh pelakunya yakni kepekaan menangkap persoalan-persoalan penting yang acap kali kurang diperhatikan oleh publik. Salah satu persoalan penting yang kurang diperhatikan publik itu adalah unpaid care work, pekerjaan perawatan tidak dibayar. Mulai dari merawat anak, merawat manula, memasak, mencuci, menyeterika, membersihkan rumah sampai melakukan kerja sosial di lingkungannya. Pekerjaan perawatan tidak dibayar ini bahkan belum menjadi bagian dalam kalkulasi ekonomi nasional di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pendek kata, pekerjaan perawatan tidak dibayar ini masih invisible although indispensable in our economies.
Siapakah yang bekerja pada pekerjaan perawatan tidak dibayar? Perempuan! Baik istri, ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan. Estimasi McKinsey menunjukkan bahwa sebesar 75% perempuanlah yang bekerja pada pekerjaan tidak dibayar. Pekerjaan perawatan tidak dibayar yang dilakukan perempuan setara dengan 13% dari GDP secara global. Jika dikombinasikan antara unpaid work dan paid work, maka peran perempuan dalam perekonomian nasional dan global sangat besar kontribusinya.
Namun, besarnya peran dan kontribusi perempuan belum dilihat, diakui dan ditanggung-renteng oleh laki-laki secara optimal. Dampaknya, secara sosial-ekonomi dan sosial-politik, belum ada langkah-langkah yang memadai agar perempuan tidak terlalu terbebani dengan unpaid care work. Semua jenis pekerjaan perawatan tidak dibayar seakan-akan adalah kewajiban penuh perempuan yang kodrati dan tidak bisa diutak-atik lagi. Sementara, tugasnya laki-laki hanya mencari nafkah dan berperan dalam ranah sosial.
Dampak dari kondisi tersebut adalah sulitnya perempuan mengembangkan diri secara politik, ekonomi dan sosial. Lebih jauh, dampak lanjutannya adalah upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan perempuan tidak berjalan optimal. Padahal, sebagian besar kalangan sudah memiliki pandangan bahwa salah satu kunci pembangunan kesejahteraan adalah partisipasi perempuan dalam kegiatan politik-sosial-ekonomi. Partisipasi perempuan akan menempatkan perempuan sebagai aktor pembangunan sekaligus sebagai penerima manfaat dari kegiatan pembangunan.
Dengan kondisi tersebut, maka Perkumpulan PRAKARSA dengan dukungan dari Oxfam di Indonesia dan Oxfam Australia melakukan riset analisis cepat tentang pekerjaan perawaatan di Lombok Tengah dan Lombok Timur. Riset analisis cepat ini untuk mendapatkan gambaran mendalam atas pekerjaan perawatan tidak dibayar dan untuk mengetengahkan isu unpaid care work di hadapan publik. Harapannya, hasil analisa cepat ini dapat memantik perhatian para pihak dan dapat menjadi bahan dalam advokasi pengakuan, pembagian peran, pemberdayaan dan perlindungan perempuan, khususnya dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan gol nomor 5, gender equality.