Tanpa menunggu aba-aba pemerintah, Satgas Covid-19 beserta warga desa berinisiatif gotong royong dan improvisasi dalam menanggulangi Covid-19 hingga berhasil menarik Indonesia keluar dari masa kritisnya pada Juni-Agustus 2021. Inilah yang The PRAKARSA temukan di 12 desa/kelurahan yang ada di Jakarta Selatan, Semarang, Pandeglang, Surakarta, Mamuju, dan Kupang Tengah. Satgas Covid-19 dinilai lebih dapat diandalkan oleh warga ketimbang pemerintah pusat karena komunikasi yang lebih efektif dan mudah dijangkau masyarakat. Pemerintah perlu berkaca dari hal ini, dimana mereka harus bisa menyampaikan informasi dan menyalurkan bantuan sampai ke level paling bawah (RT dan RW). Jika warga hanya diam menunggu bantuan pemerintah dan mengikuti kebijakan yang sering berubah-ubah, mereka tidak akan bisa survive di tengah tingginya kasus Covid-19 dalam kurun Juli hingga Agustus 2021.
Berdasarkan temuan penelitian ini, diketahui bahwa improvisasi Satgas Covid-19 di desa/kelurahan antara lain 1) melakukan edukasi dan sosialisasi Covid-19 dan prtokol kesehatan, salah satunya menggunakan mobil keliling, 2) membuat media penyemprotan disinfektan seperti pada becak, 3) menggalang dan mengelola bantuan warga seperti sedekah jumat, cantelan sembako, atau lumbung pangan, 4) melakukan pendekatan persuasif kepada pelanggar kebijakan di lingkungan mereka, dan lain sebagainya. Inovasi-inovasi tersebut dapat menjadi acuan untuk penanganan Covid-19 di tingkat kabupaten/kota, pemerintah pusat, bahkan global.
Apa saja inovasi lainnya yang dapat ditemukan di masyarakat dalam menangani Covid-19? Efektifkah jika diterapkan untuk memperlambat laju kasus kenaikan varian baru seperti Omicron BA.4 dan BA.5 atau varian lainnya? Baca selengkapnya di laporan berikut ini.