Menilik Arsitektur Kesehatan Global dalam G20 tahun 2022

PRAKARSA bersama Working Grup Vaccine Access and Global Health menyelenggarakan diskusi untuk mengupas lebih jauh mengenai global health architecture (arsitektur kesehatan global).  

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa sejak Desember 2021, Indonesia telah resmi memegang Presidency G20 pada 2022. Pemerintah Indonesia memiliki tiga isu prioritas yakni kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi. 

Agenda utama dari sektor kesehatan pada Presidensi G20 Indonesia yaitu Restructuring the Global Health Architecture. Pada Presidensi G20 tahun 2022 mendatang, Indonesia akan mendorong penguatan ketahanan kesehatan dunia dan membantu sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan responsif terhadap krisis.  

Restructur bertujuan untuk penguatan ketahanan kesehatan dunia dan membantu sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan responsif terhadap krisis. Indonesia harus dapat memaksimalkan keketuaan G20 ini tidak hanya untuk kepentingan negara-negara anggota G20, tapi juga untuk negara-negara lain di dunia, terutama negara-negara berkembang dan miskin. 

Hadir dua orang narasumber dalm diskusi yakni Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga Anggota Tim Ahli pada Dewan Pertimbangan Presiden dan Dr. Puput Oktaminanti, Koordinator TF6 Global Health Security and Covid-19 di Think Tank 20 Indonesia. 

Ah Maftuchan Sherpa C20 Indonesia dalam pengantarnya menyampaikan bahwa pemerataan vaksin Covid-19 di seluruh dunia harus dipastikan dan target capaian dari vaksinasi harus ditingkatkan bahkan 100% untuk vaksinasi dosis ke 2. Selain itu perlu didorong agar transfer knowledge dan teknologi dapat segera dilakukan karena merupakan salah satu agenda dalam restruktur kesehatan global yang diusung. Selain itu satu isu yan tidak boleh ditinggalkan yakni target pencapaian universal health coverage (UHC). 

Prof. Tjandra mendorong agar agenda G20 tahun 2022 perlu memperkuat health security, AMR (Antimicrobial Resistance), tubercolosis, one health dan climate change. 

Beliau juga menyampaikan ada beberapa hal perlu diperhatikan antara lain emergency program terpusat, protokol kesehatan/gaya hidup sehat yang terinternalisasi, promotif-preventif, community ownership, UHC, people/patient centered, industry 4.0, 5.0, dan health wellbeing. 

Dikesempatan yang sama Prof. Tjandra juga menyampaikan kepada working grup akses vaksin dan kesehatan global C20 agar tetap memperhatikan advokasi untuk masalah kesehatan lain seperti TB, HIV, dan lain-lain karana penyakit-penyakit tersebut bisa bertambah besar akibat pandemic. 

Berdasarkan data dari ourwoldindata.org, sampai per 13 februari 2022 hanya 10,6% orang di negara berpendapatan rendah yang menerima paling tidak satu dosis vaksin Covid-19. 

Puput menjelaskan bahwa kesehatan global saat ini sangat penting karena Pandemi Covid-19 merupakan tantangan terbesar masyarakat global, sehingga dapat dilakukan salah satunya dengan membangun arsitektur kesehatan global yang lebih kuat. Puput juga menyebutkan dua  penting yang perlu diperhatikan yakni pertama, mendorong pendekatan semua pemerintah dan masyarakatm memperkuat kapasitas dan ketahanan nasional, regional dan global terhadap pandemi di masa depan. Kedua, one health yakni pendekatan dengan melibatkan manusia, hewan dan lingkungan. 

Untuk mendukung implementasi arsitektur kesehatan global, Puput menegaskan agar respon kebijakan terkoordinasi (pembiayaan, transfer teknologi, lintas sektor/mitra) dapat dilakukan, perlu menjamin vaksin, diagnose dan terapi dikembangkan, didistribusikan dan didistribusikan secara adil, sistem internasional terkoordinasi dengan hubungan baik antara sub-nasional, nasional, regional dan global, terdapat koordinasi rantai nilai, dan mempercepat informasi layanan. 

Kami menggunakan cookie untuk memberikan Anda pengalaman terbaik.