Profil Kemiskinan Multidimensi Provinsi Nusa Tenggara Timur

Secara umum, kemiskinan multidimensi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2012- 2021. Angka kemiskinan multidimensi turun dari 87,34% pada tahun 2012 menjadi 62,54% pada tahun 2021. Penurunan yang signifikan terjadi pada wilayah perkotaan dengan penurunan dari 60,38% (2012) menjadi 34,13% (2021). Selama satu dekade kemiskinan multidimensi megalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2018 hingga 2019 yaitu dari 74,97% menjadi 69,66%. Penurunan kemiskinan multidimensi pada tingkat desa paling tinggi juga terjadi tahun 2018-2019 dengan penurunan hingga 7,29 poin.

Provinsi NTT konsisten mengalami penurunan pada angka kemiskinan multidimensi sejak 2012 hingga 2021, namun terdapat kenaikan yang terjadi pada tahun 2018-2019 diwilayah perkotaan sebesar 2,43 poin. Sedangkan di wilayah pedesaan pada tahun 2019-2020 jumlah kemiskinan multidimensi juga mengalami kenaikan sebesar 1,58 poin. Selain angka kemiskinan multidimensi yang menurun terdapat pula penurunan pada intensitas kemiskinan multidimensi dari 59,69% pada tahun 2012 menjadi 47,99% pada tahun 2021. Penurunan terbesar terjadi pada wilaayh perdesaan yang mengalami penurunan dari 61,17% menjadi 48,72%. Hal ini menunjukkan tingkat intensitas kemiskinan mengalami penurunan yang menunjukkan beban kemiskinan yang dialami oleh orang miskin di NTT menjadi jauh lebih ringan dan lebih sedikit dibandingkan satu dekade yang lalu.

Indeks kemiskinan multidimensi yang menggambarkan jumlah persentase dan intensitas kemiskinan multidimensi. IKM di NTT mengalami penurunan dari 0,52 pada tahun 2012 menjadi 0,30 pada tahun 2021 atau turun sebesar 0,22 poin. Penurunan terbesar terjadi pada pada tahun 2018 hingga 2019 yaitu penurunan sebesar 0,05 poin, sedangkan di tahun 2019-2020 terjadi stagnasi pada indeks kemiskinan multidimensi di NTT yakni 0,35 poin. Secara umum selama 10 tahun terakhir terjadi penurunan angka IKM di Provinsi NTT, namun bila dilihat dari desa dan kota maka terdapat kenaikan angka kemiskinan multidimensi yang terjadi. Di wilayah perkotaan angka kemiskinan multidimensi mengalami kenaikan pada tahun 2015-2016 dan 2018- 2019. Sedangkan di wilayah pedesaan hanya terjadi 1 kali kenaikan yang terjadi pada 2019-2020 sebesar 0,01 poin. Namun secara perlahan penurunan terjadi untuk jumlah persentase serta intensitas kemiskinan multidimensi.

Profil Kemiskinan Multidimensi 2021

0
JP (Jiwa)
0
JPM(Jiwa)
0%
AKM (%)
0%
Intensitas (%)
0
IKM

KARAKTERISTIK KEMISKINAN MULTIDIMENSI 2021

Nutrisi Balita
48,59%

Kepadatan Penduduk
26,42%

Internet
37,39%

Rumah Layak
93,57%

Akta Kelahiran
55,69%

Lama Sekolah
30,63%

Sanitasi
32,47%

Partisipasi Sekolah
13,04%

Bahan Bakar Memasak
99,77%

Morbiditas
53,89%

Air Minum Layak
48,76%

Keterangan:
JP : Jumlah Penduduk
JPM : Jumlah Penduduk Miskin
AKM : Angka Kemiskinan Multidimensi
IKM : Indeks Kemiskinan Multidimensi

Grafik Perbandingan Angka Kemiskinan Multidimensi dan Kemiskinan Moneter Provinsi Nusa Tenggara Timur 2012-2021

Indeks Kemiskinan Multidimensi Provinsi Nusa Tenggara Timur Berdasarkan Kabupaten/Kota

Secara umum kemiskinan kabupaten/kota di NTT bersumber dari indikator rumah layak, bahan bakar memasak, dan akta kelahiran. Selain indikator ini terdapat pula indikator lain yang berkontribusi kepada kemiskinan kabupaten/kota seperti nutrisi balita,[1] morbiditas,[2] air minum layak[3]. Kota dengan indeks kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten Sumba Barat Daya dengan IKM sebesar 0,49. Sebesar 88,13% penduduk di Kabupaten Sumba Barat Daya mengalami kemiskinan multidimensi dengan tingkat keparahan 55,48%. Kabupaten/kota di NTT dengan kemiskinan terendah adalah Kota Kupang dengan IKM sebesar 0,10. Hanya 23,63% penduduk di Kota Kupang yang mengalami kemiskinan multidimensi dengan tingkat keparahan 42,75%.